listen ƪ(˘⌣˘)┐ ƪ(˘⌣˘)ʃ

http://www.ringtonematcher.com/co/ringtonematcher/02/noc.php?sid=VOKMros&artist=Boyce+Avenue&song=We+Can%E2%80%99t+Stop+Feat.+Bea+Miller+%E2%80%93+Boyce+Avenue

Rabu, 03 April 2013

hidup bagaikan pensil

Baru saja saya mendapatkan kutipan menarik dari sebuah buku di perpustakaan. Sebuah cerita motivasi tentang sebuah pensil yang baru saja di ciptakan. Saya mendapatakan pelajaran berharga pada hari itu juga. Tentang bagaimana kita seharusnya menjalani hidup. Seperti pensil, Ya, seperti pensil.
Menarik, mengapa tidak pulpen? Mengapa harus pensil? Ya, karena pensil adalah benda yang paling cocok untuk menggambarkan kehidupan kita. Mungkin sebagian dari anda pernah mendengar cerita ini. Karena ini memang cerita lama. Sengaja saya angkat kembali sekedar untuk mengingatkan betapa berharganya hidup ini. Banyak dari kita yang lebih mementingkan kepentingan diri sendiri. Padahal sebagai manusia kita di ciptakan untuk kepentingan bersama.

Jika anda ingin tahu apa saja persamaan hidup kita dengan sebuah pensil, Silahkan baca kutipan singkat berikut ini,
Pada suatu hari, baru saja sebuah pensil diciptakan. Lalu si pencipta pensil itu berkata kepada benda ciptaanya,
"Sebelum aku mengirimkan kamu ke seluruh dunia, Ingatlah lima hal penting ini! Dan kamu akan menjadi pensil berguna. Lima hal yang akan aku sampaikan adalah :
  1. Kamu dapat melakukan hal-hal yang luar biasa jika kamu membiarkan dirimu dipegang oleh tangan seseorang.
  2. Kamu akan merasakan sakitnya ditajamkan dari waktu ke waktu, tetapi dengan itu kamu akan menjadi pensil yang lebih baik.
  3. Kamu hendaknya membetulkan kesalahan apa saja yang mungkin kamu lakukan.
  4. Bagian yang paling penting dalam dirimu selalu ada dalam bagian dirimu.
  5. Dalam setiap permukaan yang kamu gunakan, kamu harus meninggalkan tanda. Bagaimanapun keadaannya kamu harus tetap menulis.
Yah, itulah kelima hal yang di sampaikan si empu pensil kepada pensil-pensil buatannya sebelum dimasukan kekotak dan dijual. Apakah orang itu gila bicara kepada benda mati? Ehm, tak masalah dia gila atau tidak yang penting bagaimana kita mengambil hikmah dari setiap lima hal yang disampaikan.
Dan inilah hasilnya bila cerita tadi di terjemahkan untuk kehidupan manusia.
Pada suatu masa, baru saja seorang manusia diciptakan. Lalu tuhan berkata kepada makhluk ciptaanya itu,
"Sebelum aku mengirimkan kamu ke dunia, Ingatlah lima perkara ini! Dan kamu akan menjadi manusia yang berguna bagi sesamamu. Lima perkara yang perlu kamu ketahui adalah :

  1. Kamu akan mampu mengerjakan hal-hal yang luar biasa, tetapi hanya jika diri kamu selalu ada dalam genggaman tuhan dan membiarkan orang lain mengambil manfaat dari karunia apa saja yang anda miliki.
  2. Kamu akan mengalami penajaman yang menyakitkan dari waktu ke waktu yakni dengan mengalami berbagai persoalan dalam kehidupan. Tetapi dengan itu kamu akan menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya.
  3. Kamu harus bersedia memperbaiki apa saja yang telah anda lakukan.
  4. Bagian penting dalam diri kamu adalah ada dalam hati kamu.
  5. Disetiap tempat yang kamu lewati, kamu harus meninggalkan jejak apapun keadaannya. Kamu harus tetap melaksanakan tugas kamu.
Semoga kita dapat menjadi manusia yang paling berguna untuk sesama. Dan semoga cerita ini bisa mengingatkan anda tentang apa tujuan kita manusia untuk hidup. Bergunalah bagi sesama, bantulah manusia lainnya yang sedang kesusahan. Tanpa memandang suku, ras, ataupun agama. Semua sama di hadapannya, tak ada yang berbeda.
Sesungguhnya sebaik-baiknya manusia ialah yang berguna bagi sesamanya. (tidak penting dari mana asal hadist itu, yang terpenting bagaimana kita memahami makna dari hadist itu). Mohon untuk dipahami dan diamalkan.
Demikian apa yang dapat saya sampaikan. Jika ada kata-kata yang kurang berkenan, saya mohon maaf. Dan apabila ada yang ingin menambahkan (terutama tentang hadist diatas karena sebenarnya saya lupa asalnya, He-he) silahkan tulis di kotak komentar.
copy paste from : http://halmenarik.blogspot.com/2012/03/hidup-bagaikan-sebuah-pensil.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar